Seputar Pendaftaran Siswa Baru

Tulisan Terbaru

Pelajari cara cepat mencari tulisan yang anda butuhkan DISINI
Loading

Sabtu, 21 Mei 2011

Jangan Percaya Nasehat Menulis Seperti Ini

Oleh: Erianto Anas

“Tulislah hal-hal yang bermanfaat”

Tentu saja yang saya maksud bukanlah menulis makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Melainkan menulis di dunia maya, di website, di blog, atau di berbagai media sharing seperti Kaskus, Tempo Interaktif, Kompasiana, Dagdigdug, Politikana dan sejenisnya.

Saya pribadi, sudah sering menerima komentar yang sama pada banyak tulisan saya. Baik tulisan itu saya terbitkan di blog saya pribadi (blogernas), di Kompasiana, di Tempo, di My Opera, dan sejenisnya. Tapi yang terjadi, kenyataan yang saya temukan banyak yang membaca tulisan saya. Bahkan di blogernas, hingga tulisan ini saya luncurkan, rata-rata pengunjung perhari sudah mencapai kisaran 6000 hingga 6500. Dan sebagian mereka (pembaca) ada yang mengakui secara langsung bahwa mereka begitu terinspirasi oleh tulisan saya, baik tulisan yang serius, yang lucu, bahkan yang konyol sekali pun.

Apa arti semua itu?

Bagi saya pribadi, tulisan yang bermanfaat itu sangat normatif. Semua orang akan mengucapkan hal yang sama, bahwa tulisan yang bagus adalah tulisan yang bermanfaat bagi pembaca. Tapi apa makna bermanfaat itu tidaklah sama bagi semua pembaca. Penafsiran terhadap tulisan yang bermafaat itu sangat beragam.

Tulisan yang bermanfaat adalah tulisan yang meliput kejadian-kejadian yang aktual. Ini tentu jika yang menilai adalah seorang jurnalis atau wartawan. Tulisan yang bermanfaat adalah tulisan yang menginspirasi banyak pembaca. Ini tentu jika yang menilai adalah pembaca yang suka merenung dan mencari makna. Tulisan yang bermanfaat adalah tulisan yang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Ini tentu jika yang menilai adalah pembaca yang berorientasi pada dunia praktis atau pragmatis. Tulisan yang bermanfaat adalah tulisan yang indah romantis. Ini tentu jika yang menilai adalah pembaca yang peka akan seni dan sastra. Tulisan yang bermanfaat adalah tulisan yang menghibur banyak orang. Ini tentu jika yang menilai adalah pembaca yang haus akan hiburan. Begitulah seterusnya.

Tidak ada standar objektif untuk sebuah nilai.

Nilai, adalah soal penafsiran. Uang 1 juta belum tentu berharga bagi orang yang kehilangan seorang kekasih. Tapi sangat berharga bagi para gelandangan papa. Laptop sangat berharga bagi seorang penulis dan penggila maya. Tapi belum tentu bagi seorang petani. Muhammad sangat mulia bagi seorang Muslim. Tapi belum tentu bagi seorang Atheis. Pancasila begitu agung bagi seorang Nasionalis. Tapi belum tentu bagi seorang Sosialis.

Tulisan Derrida sangat inspirasional bagi para pemikir sesudahnya, tapi belum tentu bagi mahasiswa UIN Fakultas Dakwah. Puisi Rendra sangat menggila bagi para komunitas Satsra. Tapi belum tentu bagi komunitas IT. Tulisan juara festival Telkomsel sangat dipuja oleh para peserta lomba. Tapi belum tentu bagi penulis otentik. Tulisan politik sangat digandrungi oleh para peminat isu-isu politik. Tapi belum tentu oleh para Seniman. Tulisan serius sangat dikagumi oleh para pengamat. Tapi belum tentu oleh para Blogger. Tulisan Headline sebuah situs sangat dipuja oleh para pemimpi popularitas. Tapi belum tentu oleh para penulis bebas. Tulisan humor selalu ditunggu oleh para pembaca yang santai. Tapi belum tentu oleh pembaca berorientasi ilmiah. Begitulah seterusnya.

Apa arti semua ini?

Bagi para Penulis:

Secara psikologis, menulis pada intinya adalah mengekspresikan diri, saluran aktualisasi diri, media katarsis. Banyak orang mengatakan menulis juga bisa menjadi terapi kesehatan mental, memicu gairah berprestasi, mengasah kemampuan bernalar, dan menambah gairah dan makna hidup. Dan pada tingkat tertentu, menulis juga bisa menjadi ladang finansial.

Akan tetapi, menulis sama dengan belajar sepada. Tidak ada kehebatan luar biasa datang tiba-tiba. Segalanya berproses. Penulis handal kebut semalam hanya ada dalam cerita komik dan lampu aladin. Ada banyak peluru yang dibidikkan ketika seorang hendak menjadi penulis yang piawai. Ada kemampuan mengolah kata. Ada ketangkasan dalam argumentasi. Ada kepekaan dalam pemilihan diksi. Ada sentuhan psikologis. Ada trik kontradiksi. Ada trik konflik kreatif. Ada hypno writing. Ada branding. Dan entah apa apalagi. Semuanya bak satu mesin raksasa yang tak bisa diraba dalam diri. Halus, abstrak. Tapi meluas dalam cakrawala kesadaran.

Dalam kaitannya dengan motivasi, kata JANGAN adalah kosa kata paling haram. Haram karena mematikan semangat hidup. Haram karena membungkam inspirasi. Haram karena menyumbat aliran darah kreativitas. Haram karena bisa membuat seseorang mati suri.

Menulis, bukan dunia simsalabim. Bukan pemberian Tuhan. Apalagi sihir para normal. Tapi dunia keratifitas yang harus dilatih. Dijamah, dicium, disetubuhi terus dan terus tanpa henti.

Ketika anda datang pada penulis pencundang, mereka akan mencaci tulisan anda sambil berkata: “Tulisan anda tidak sehebat cerpen Putu Wijaya. Tidak setajam analisa Magnis Suseno. Tidak berbobot seperti tulisan Quraish Sihab.” Dengan kata lain, tulisan anda tidak bermanfaat.

Tapi ketika anda datang langsung pada orang-orang yang disebutkannya, biasanya mereka akan berkata: “Oh Anda sudah mulai menulis? Hebat. Jangan pernah berhenti apalagi menyerah. Teruslah menulis. Jangan hiraukan apa kata dunia bila sudah berjihad di jalur kreativitas!”






0 komentar:

Posting Komentar

Jika anda ingin menulis komentar tapi belum tahu caranya maka bisa dipelajari disini: Cara Menulis Komentar