Seputar Pendaftaran Siswa Baru

Tulisan Terbaru

Pelajari cara cepat mencari tulisan yang anda butuhkan DISINI
Loading

Minggu, 22 Mei 2011

Ini Soal Kreativitas dalam Menulis


Banyak teori tentang menulis. Juga telah ditulis oleh banyak penulis. Dari A sampai Z. Dari 1 sampai 9. Dengan kata lain, menulis adalah begini begitu.

Saya termasuk orang yang banyak berhutang budi pada banyak penulis, yang bukunya pernah saya baca. Yang teori-teori menulisnya sudah pernah saya sembah. Tapi akhirnya saya juga termasuk orang yang durhaka. Karena semua teori menulis itu akhirnya saya bakar! Dan abunya saya kuburkan. Dan di batu nisannya saya tulis: Selamat Datang Kreativitas!

Menulis, pada intinya adalah menyatakan sesuatu. Media komunikasi. Dan komunikasi intinya adalah untuk dimengerti. Dan mengerti juga tidak selalu dengan cara biasa. Ada banyak cara agar seseorang bisa mengerti. Dan ada 1001 gaya bahasa yang bisa digunakan agar pembaca bisa mengerti dan terpikat lezat oleh sebuah tulisan.

Ada orang ketika diperintah tidak mau berbuat. Tapi ketika dipuji dia jadi malu dan terinspirasi untuk waspada dan berbenah diri. Ada orang saat diberi uang justru menangis. Karena ia terharu kenapa dia sendiri tak sanggup mencari uang sebanyak itu. Tapi sebagian yang lain malah marah, kenapa dia hanya menerima uang tidak lebih dari yang diberikan.

Ini adalah bahasa ironis.
Sebuah tindakan tidak selalu bermakna lurus.


Itulah problem semantik. Soal makna kata. Satu kata bisa menjadi 1000 makna ketika dibaca oleh seribu pembaca. Satu idiom bisa ditafsirkan jauh dari apa yang diiginkan seorang penulis. Dengan kata lain terjadi pembiasan makna.

Penafsiran atas kata, pemaknaan terhadap sebuah tulisan, terhadap sebuah gaya bahasa, mirip sebuah gunung di lautan. Puncaknya menyembur di permukaan. Tapi badannya tersembunyi di dasar lautan. Dengan kata lain, terori menulis belum menjawab semua problem bahasa. Teori menulis baru menjelaskan apa yang bisa DIRABA. Tapi cita rasa bahasa hanya bisa dicium oleh RASA.

Teori menulis selalu tertinggal sekian kaki dibelakang kreativitas.

Dulu, di zamannya, lukisan Vincent Van Gogh dikutuk para kritikus dizamannya. Tapi sekian abad kemudian lukisannya dicari dan termasuk lukisan termahal dunia. Dan sejumlah Kritikus Seni menulis teori tentang Seni Lukis Ekspresionisme. Dan Van Gogh sebagai sesepuhnya.

Dulu, Ahmad Wahib tak dikenal dunia. Catatan hariannya yang kritis tentang Agama (Islam) hanya dibaca oleh rak bukunya. Tapi sekian puluh tahun kemudian, pemikirannya dalam buku itu digolongkan sebagai salah satu cikal bakal lahirnya pembaruan Islam di Indonesia. Oleh Greg Barton, dia dijuluki sebagai Neo Modernisme Islam Indonesia, setara dengan Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid dan Djohan Effendi. Sedang buku itu ditulisanya disaat dia masih begitu muda, dimana usianya hanya mencapai 31 tahun.

Dulu, sastra begitu angker harus membawa makna. Setiap kata hanya media. Hanya alat, hanya corong sebuah gagasan. Tapi Sutardji Calzoum Bachri, menulis kata hanya untuk kata dalam sajaknya. Dia mengumumkan kredonya bahwa kata harus dibebaskan dari makna. Dengan kata lain, dia menentang konvensi sastra yang sudah lazim saat itu, yang belum ada juklaknya dalam kitab suci para kritikus sastra.

Begitu juga dengan Iwan Simatupang dan Budi Dharma di zamanya. Cerpen dan Novel mereka benar-benar aneh dan tak lazim. Alur penokohan, prilaku para tokohnya, tak ditemukan dalam novel-neovel konvesional. Tapi sekian puluh tahun kemudian, Novel mereka menjadi bahan studi dan penelitian para pengamat sastra.

Begitulah dunia kreativitas. Lokomotif pembaruan. Praktek kreativitas jauh lebih dulu lahir dari TEORI kreativitas. Kreativitas muncul dari dunia yang belum ada. Dari dunia antah berantah, dari rahim mistik dunia inspirasi. Tapi teori kreativitas disusun setelah sebuah karya lahir, dari apa yang pernah ditulis oleh para Kreator.

Apa yang akan terjadi jika para sesepuh penulis kreatif disepanjang sejarah hanya menghamba pada teori-teori konvensional dalam menulis?

Maka terkutuklah para penulis yang tidak mau dibelenggu oleh konvensi gaya menulis.
Karena tulisannya akan ditolak oleh zamannya!



0 komentar:

Posting Komentar

Jika anda ingin menulis komentar tapi belum tahu caranya maka bisa dipelajari disini: Cara Menulis Komentar